Selasa, 14 Juli 2020

Tidak Semua Pembelajaran Daring (e-Learnig) Efektif Orang tua Wajib turun Tangan

Tidak Semua Pembelajaran Daring (e-Learnig) Efektif  Orang tua Wajib turun Tangan

 

Tidak Semua Pembelajaran Daring (e-Learnig) Efektif dimana Pandemi Orang tua Wajib turun Tangan

            Sudah empat bulan  Indonesia terkena dampak virus covid 19, bencana ini melemahkan segala aktivitas manusia sejak april hingga 14 juli 2020 terkonfirmasi 78.752 jiwa, dirawat 37.226 jiwa, korban meninggal 3.710 jiwa dan yang berhasil sembuh 37.636 jiwa. Social distandsing menjadi pola baru dalam menjalani aktivitas sehari-hari terlebih dengan sector pendidikan.

Sejak Maret, berbagai tingkatan institusi pendidikan terpaksa mengambil kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau sistem belajar dalam jaringan (daring). Mulai dari PAUD/TK, SD, SMP, SMA, bahkan universitas. Siswa maupun guru diperkenankan melaksanakan proses pembelajaran dari rumah masing-masing dengan platform daring yang banyak macamnya.

            Dikutip dari Bisnis.com tanggal 2 bula juli 2020 bawasanyaMenteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyampaikan bahwa pembelajaran jarak jauh menjadi sebuah keniscayaan, termasuk pemanfaatan teknologi informasi di dalamnya dengan lebih optimal.

"Jadi kesempatan kita untuk melakukan berbagai macam efisiensi dengan teknologi dan juga memberi kesempatan bagi guru, kepala sekolah, dan murid untuk melakukan berbagai hybrid model itu potensinya sangat besar," kata Nadiem dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi X DPR RI”

Lebih lanjut, dia menyatakan saat ini ada banyak institusi yang mendapat tekanan finansial, tidak terkecuali institusi pendidikan.

Oleh sebab itu, perubahan permanan akan terjadi di dunia kerja yakni kemampuan bekerja secara mandiri, kolaborasi, dan literasi secara digital.

"Ini akan berdampak pada bagaimana kita mempersiapkan generasi berikutnya,"

 

Namun Permasalahanya untuk mata pelajaran apa sajakah belajar mandiri atau pembelajaran daring itu akan efektif ? lalu siapa yang akan membimbing siswa ketika ada sebuah masalah ketika pemblajarang daring dilakukan ? bagaimana jika orang tua siswa tidak tanggap terhadap anaknya.

Pandemi Covid-19 memaksa masyarakat dunia mendefinisikan makna hidup, tujuan pembelajaran dan hakikat kemanusiaan. Jika selama ini manusia-manusia dipaksa hidup dalam situasi serba cepat, pekerjaan tanpa henti, dan kejaran target pertumbuhan ekonomi dalam sistem kompetisi. Namun, persebaran virus Corona (Covid-19) yang menjadi krisis besar manusia modern, memaksa kita untuk sejenak bernafas, berhenti dari pusaran sistem, serta melihat kembali kehidupan, keluarga, dan lingkungan sosial dalam arti yang sebenarnya. Manusia dipaksa ‘berhenti’ dari rutinitasnya, untuk memaknai apa yang sebenarnya dicari dari kehidupan

Disilain di kuti dari situs resmi kemendikbud.go.id Indonesia juga menghadapi beberapa tantangan nyata yang harus segera dicarikan solusinya: (1) ketimpangan teknologi antara sekolah di kota besar dan daerah, (2) keterbatasan kompetensi guru dalam pemanfaatan aplikasi pembelajaran, (3) keterbatasan sumberdaya untuk pemanfaatan teknologi Pendidikan seperti internet dan kuota, (4) relasi guru-murid-orang tua dalam pembelajaran daring yang belum integral.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                 

Contoh Mata pelajaran yang kurang efektif pada pemblajaran daring di antaranya Bahasa Arab, Bahara Ingris, Aqidah Ahklak, Budi Pekerti dll. Mata pelajaran-mata pelajaran ini menjadi tidak efektif dengan sistem pembelajaran daring di karena kan butuh peran guru secara langsung untuk membimbing peserta didi. Contoh pada matelajaran aqidah ahklaq yang pada aspek sprirtual siswa tidak akan tersentuh jika siswa hanya membaca materi tanpa doktrinasi dari seorang guru agama, terlebih pada aspek afektif tidak akan terbesit sama sekali.

Pada kasus lain pada mata pelajaran Bahasa arab, siswa akan merasa kesulitan untuk belajar di karena kan bahasa arab merupakan bahasa asing bagi siswa, mungkin ini tidak akan menjadi masalah bagi siswa yang sudah mempunya dasar bahsa arab yang baik namun bagi siswa yang blm punya dasar pengetahuan bahasa arab mereka akan kesulitan dalam mencernanya ini akan mengurangi dari tujuan pembelajaran pada ranah pengetahuan.

Setelah penulis mensajikan bebrapa problem di atas mulialah kita mengurai masalah yang ada. Hemat saya dalam proses pembelajaran daring di perlukanlah peran orang tua untuk mendampingi mereka belajar, jangan biarkan mereka belajar sendiri bimbinglah mereka dengan kasih sayang agar mereka merasa diperhatikan dalam kegiatan belajar mereka.

Kedua bantulah anak / siswa ketika mendapatkan masalah sebagai orang tua juga harus ikut menyelesaikan masalah mereka contoh pada mata pelajaran Aqidah. Mata pelajaran ini berkaitan dengan keyakinan tidak mungkin mereka serta merta yakin dengan apa yang ia pelajari tanpa ada penjelasan dari sesorang yang mendorongnya pada keayakinan. Ketika siswa mendapatkan masalah.

Ketiga guru perlu membangun komunikasi dengan orang tua/wali murid agar pembelajaran secara daring (online) ini tetap terlaksana secara intens dengan hasil yang tak terpaut jauh dengan pembelajaran tatap muka (di kelas). Selain itu, guru juga harus membawa budaya belajar di sekolah ke dalam rumah (ruang keluarga) para peserta didik. Artinya, dengan berbagai tugas yang disiapkan itu, para guru harus mengondisikan para orang tua siswa seperti halnya di sekolah, yakni melaksanakan kegiatan pembelajaran dari pukul 07.00 sampai pukul 16.00. Jika ini terkondisikan secara baik, akan membawa peserta didik ke dalam suasana pembelajaran di lingkungan sekolah.Hal seperti itulah yang perlu dikomunikasikan dengan orang tua siswa. Para orang tua siswa perlu memahami bahwa meski di rumah, anak mereka tetaplah harus konsentrasi pada proses pembelajaran yang tengah berlangsung. Di sinilah dukungan dan pengertian para orang tua sangat dibutuhkan. Dari sini juga akan diketahui bagaimana seharusnya orang tua memberikan pendidikan kepada anak sekaligus memahami apa saja yang menjadi tugas para guru. Karena itu, orang tua juga perlu mendampingi bagaimana anakanak mereka dalam belajar.

Dari sini pula diketahui pentingnya sinergi antara orang tua dan pihak sekolah. Karena itu, kiranya proses pendidikan orang tua (education parenting) perlu benar-benar dijadikan program kerja sama yang nyata antara sekolah dan orang tua. Di antara tujuannya adalah sebagai berikut. Pertama, meningkatkan kesadaran orang tua agar tidak lagi asalasalan dalam memberikan pengasuhan. Kedua, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dalam hal pengasuhan sesuai dengan karakter, usia, dan perkembangan anak. Ketiga, mempertemukan kepentingan dan keinginan antara keluarga dan pihak sekolah.

Orang tua bukanlah sosok yang hanya berfungsi sebagai pemenuh kebutuhan material anak. Kebutuhan immaterial juga harus mendapatkan porsi yang sama, bahkan lebih. Sebab, kesibukan dan kepadatan urusan orang tua bisa menjadi bumerang ketika tidak diseimbangkan secara baik dalam kehidupan keluarga. Tanpa pendampingan yang bagus dari orang tua, maka hasil pendidikan dari bangku sekolah tidak akan berbekas dan bermakna dalam kemasyarakatan. Sekal lagi, pengawasan dan pengendalian anak usia sekolah sangatlah membutuhkan peran orang tua. Sebab, kemampuan akademis yang mencakup seluruh aspek karakter bahkan jiwa dan raga, tidaklah semata-mata tanggung jawab sekolah (guru). Dan ini menjadi kunci bagi keberhasilan peserta didik menjadi SDM unggul

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pertarung Terahir Penggagas Negara islam Sang Pahlawan Ki Bagoes Hadi Kusumo

              “ Hidup adalah seni gambar tanpa satupun penghapus” mungkin itulah kata yang tepat bagi laur sejarah Negara kita di ba...